Sunday, January 30, 2011

Nikmat Allah Beserta Masalah Yang Ditimpakan

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh

Bismillah ya Rahman ya rahim
Puji syukur kehadirat Rabb semesta Alam, sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW.
Prolog : Akhir-akhir ini saya seringkali menuliskan catatan dengan tema “masalah”. Apakah sebab saya menuliskan catatan yang berkaitan dengan tema masalah? Karena saat ini pun saya sedang mengalami masalah yang bertubi-tubi menghimpit kehidupan saya di usia yang terbilang masih muda, yaitu 21 tahun. Namun bukan bermaksud untuk menggurui siapapun saya hanya mencoba menghibur diri dengan cara menuangkannya ke dalam tulisan kemudian berharap bisa menjadi bermanfaat pula bagi siapapun yang sudi membaca tulisan sederhana saya ini.

**

Pagi yang cerah di senin yang indah, matahari tampak mulai mantap menebar sinar hangat keseluruh pelosok pemukiman sederhana yang selama bertahun-tahun saya di besarkan. Di besarkan dari sebuah majlis tarbiyah yang pertama kali saya kenal dari seorang bernama ayah dan ibu. Kemudian saudara-saudara sedarah yang di dalam hatinya tercurah kodrat mencintai dan di cintai.
Saya berjalan menuruni anak tangga dari lantai atas menuju ke ruang makan sederhana yang disana sudah menunggu ayah dan ibu untuk sarapan bersama. Sengaja hari ini saya tidak berpuasa di karenakan 'siklus bulanan'. Ibu seperti sudah mengerti dan tanpa di minta beliau menyiapkan sepiring nasi beserta lauknya.

Di tengah khusyuknya saya yang sedang menikmati sarapan. Ibu membuka pembicaraan yang kemudian berlanjut menjadi diskusi yang lumayan panjang antara saya, ayah dan ibu. “Nduk... cepatlah dapat pekerjaan baru yang lebih baik dan nyaman di jalani, Ibu kok ndak tenang kamu kerja di situ”
saya tersenyum cuek sambil menyelesaikan suapan terakhir.
“atau kamu cepat-cepat nikah saja nduk” sambung ibu yang masih dengan nada cemas. Saya makin lebar tersenyum untuk beliau. Sementara ayah yang berada di sisi kiri ibu seperti pura-pura tak mendengar apa yang baru saja ibu bicarakan.
Selesai sarapan saya pun menjawab perkataan Ibu di iringi ayah yang juga menyumbangkan keputusan-keputusan bijaknya. Berlanjut sampai membahas kepada masalah saya dan keluarga yang sedang kami hadapi. Terutama masalah saya yang tak di pungkiri membuat naluri ibu saya menjadi nelangsa beberapa waktu terakhir. Saya tak hendak menjelaskan secara detail masalah saya ini. Hanya sebagai pengantar saja dari pokok bahasan yang ingin saya sampaikan kepada saudariku sekalian pembaca Laa-tahzan Ukhty yang di rahmati Allah.

Bahwasanya ada hikmah luar biasa yang bisa di petik dari diskusi meja makan saya tadi pagi bersama kedua orang tua saya dirumah. Di perjalanan saya menuju tempat kerja, saya tak henti mengucap syukur kepada Allah yang telah memberikan berjuta nikmat. Saya masih di beri kesempatan melewati sebuah lapangan yang di dominasi warna hijau rumputnya. Saya masih di beri kesempatan berjalan dengan kedua kaki saya menuju tempat bekerja, saya masih punya tulang belakang yang sempurna menegakkan tubuh saya, saya masih punya sepasang mata untuk saya melihat cerahnya pagi ini. Hingga saya pun di beri kemampuan mengetik coretan saderhana ini dengan tangan dan mata saya yang masih awas memandang monitor.
NO COMPROMISE kepada kesedihan yang akan membuat jiwa saya menjadi kerdil dan penakut. Lantas menjadi pengecut yang berkubang air mata. Menjadi pecundang yang bersembunyi di balik kekalahan medan laga. Sementara di sana masih ada banyak orang yang jauh lebih sengsara dari yang saya alami. Saya teriakan dalam hati saya, “Saya adalah pemenang dari rasa kesedihan” sembari bertahmid, bertasbih. Sungguh saya beruntung menjadi hamba Allah yang masih di beri nikmat syukur.

Saudariku...

Masalah adalah makanan kehidupan. Masalah adalah sebuah kesempatan untuk berkembang.
Sebuah masalah bisa merupakan sebuah tendangan peluang, kesempatan untuk keluar dari stagnan, kebosanan atau status quo serta apapun yang dimaksudkan untuk membuat suatu kondisi jadi lebih baik. Perlu di catat baik-baik bahwa yang disebut masalah itu tidaklah harus merupakan akibat dari kejadian buruk atau faktor eksternal. Setiap pencerahan baru di mana terlihat peluang pengembangan atau perbaikan akan menjadi “masalah” bagi kita untuk dipecahkan. Inilah kenapa kebanyakan para pemikir kreatif adalah para “pencari masalah” dan bukannya “penghindar dari masalah.”

Jangan takut dengan masalah yang mengetuk pintu hati kita saudariku. Berlarilah menuju pintu itu dan sambutlah dengan senyum dan ketenangan menghadapi kedatanganya meski di tengah malam dingin sekalipun. Jangan malah berlari menjauhinya, tidak ada yang akan kita temui selain tembok-tembok besar yang akan semakin menghimpit keberadaan kita dalam sebuah ruang sempit tak berkseudahan. Temui masalah di luar sana. Katakan padanya “aku siap menerimamu datang wahai 'masalah', dan akan ku buat kau pergi dengan membawa oleh-oleh kemenangan atas jiwaku yang berani, kesatria dan bijak dalam penyambutanmu”
Semoga bermanfaat
wasalam
UmmyNisa
· · Bagikan · Hapus

No comments:

Post a Comment