Sunday, July 17, 2011

SAPA KAMI KEPADA PARA SAHABAT Lewat Ilmu

Bismillahirrohmanirochim
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi
Wabarokatuh

Hamdan wa syukron Lillah, Duhai Ilahi Robbi yang maha memiliki penglihatan dari segala penjuru sudut pandang dan mata hati. Terima kasih dan sujud syukur atas kejernihan yang masih sudi Engkau karuniakan kepada hati-hati yang sedang buram dirundung nestapa fana dunia. Semoga saya dan antum sekalian termasuk dalam golongan manusia-manusia yang pandai mensyukuri nikmat.
Amin. Amin. Amin Ya Lillahi Ta'ala Ya Rabbal Alamiiiiin....

Tidak tahu tema apa yang akan saya angkat dalam tulisan kali ini. Silakan nanti di ambil sendiri intisari dari yang apa yang tertuang. maksud hati hanya ingin menyapa sahabat LTU sekalian yang telah lama saya tinggalkan. Saya tahu anda tidak banyak yang mengenal saya secara pribadi. Karena saya sendiri jarang “nongol” status dan catatannya di sini. Bahkan melihat nama saya pun mungkin anda sekalian tidak pernah sama sekali. Tak mengapa, yang terpenting bukan harus tahu siapa saya, tetapi yang lebih penting adalah jika anda dapat mengambil nilai positif dari apa yang saya sampaikan. Terlebih jika kita bisa sama2 mengamalkannnya. Karena berilmu adalah jihad, dan mengamalkannya adalah taqarub ilallah.
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Subhanallah sungguh begitu  luasnya ilmu Allah, dari yang bermanfaat hingga yang tidak bermanfaat. Contoh ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama, ilmu fisika, ilmu komputer, dsb. Contoh ilmu yang tidak bermanfaat bahkan terlarang adalah ilmu sihir, ilmu meramal/astrologi, dsb. Begitu banyak ilmu namun waktu kita begitu sedikit. Oleh karena itu hendaknya dipakai untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.”
Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur..

Sahabat yang dimuliakan Allah Swt, apa yang telah kami sampaikan di sini adalah sebagian dari usaha dakwah kami dalam menegakkan amar makruf nahi munkar. Karena Islam sebagai agama terbaik di sisi Allah dan satu-satunya agama yang di ridhoi adalah menjadi kewajiban para pemeluknya untuk mempertahankan dan mengembangkan seluas-luasnya dien ini menjadi satu-satunya keyakinan dimanapun berada. Dakwah tidak akan berhasil tanpa adannya ilmu yang mendasari setiap pendakwah itu sendiri. Medan dakwah adalah medan jihad fi sabilillah, apakah mau mengambil kesia-siaan dari apa yang dikatakan tanpa adanya ilmu?

Firman Allah dalam surat Al A’rof
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: "Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".” (QS. Al A’rof: 33)”

Ibnul Qayyim -rahimahullah- ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan sifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”
Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena berbicara tentang Allah dan agama-Nya tanpa dasar ilmu akan membawa pada dosa-dosa yang lainnya.
Semoga hal ini sebagai nasehat bagi kita semua, termasuk juga penulis. Begitu banyak kita lihat saudara-saudara kita memberi komentar dalam masalah agama, padahal tidak ada satu pun dasar dari Al Qur’an dan Hadits yang ia bawa, bahkan mereka jarang mempelajari agama tetapi sangat nekat dan berani untuk memberi komentar. Semestinya setiap muslim selalu menjaga lisan dan perkataan. Seharusnya setiap muslim yang tidak memiliki ilmu agama diam dan tidak banyak bicara daripada banyak komentar sana-sini tanpa dasar ilmu sama sekali. Hanya kepada Allah kami meminta perlindungan dari dosa semacam ini.
Hanya Allah yang memberi taufik.

Barokalohufikum
Wassalam
Ummy Annisa

No comments:

Post a Comment