Monday, March 14, 2011

Mentariku

Assalamu’alaikum
Bismillahirrohmanirrohim

Aku ingin bercerita tentang mentari, orang bilang aku gila mengagumi mentari. Tapi asal mereka tahu, mentariku berbeda dari yang mereka kira.
Mentariku kecil berpijar, tak seperti pijar mentari yang memberi sinar kepada seluruh permukaan bumi ini. Mentariku tak berwarna kuning cahayanya, mentariku hanya berwarna hitam dan putih. Dan mentariku hanya berbentuk bulatan kecil yang meronakan air cinta ketulusan, bukan seperti mentari di ujung senja yang dipaksa Tuhan untuk memendarkan sinar seharian ditengah siang.

Asal mereka tahu juga, mentariku pun sama memiliki kekuatan dalam pijaran makna dibalik sirat tatapan sayu. Mentariku memendarkan tujuh warna pelangi meski ia sendiri berwarna hitam dan putih. Mentariku juga bisa menangis, kala tiada aku disisinya. Dia mentari yang terbit di antara guratan pipi indah yang merekah merah memesona. Dia tak berjumlah satu tetapi dua. Setiap malam dan siang aku merasa selalu di tatapnya lekat-lekat.
Mentariku tak lain adalah sepasang mata indah yang dimiliki oleh seorang Bidadari menawan hati. Mentari duniaku yang bisa mengucap salam dengan sajak dan nyanyian cinta juga kerinduan. Simphoninya tak kalah merdu dibanding dentingan piano Bethoven.
Sepasang mata indah milik bidadariku lebih aduhai dibanding jelinya mata bidadari syurga. Aku yakin itu!
Bisa kurasakan bias-bias keshalihan dari caranya bertutur kata, caranya menyikapi kemarahan yang sudah menguasai jiwa, tapi bukan hatinya. Dia adalah bidadari bermata bening yang dibingkai dengan kelopak mata iman dan halusnya bulu alis yang menandakan kelemahlembutan dan Al Haya’. Itulah penunjang taqwanya.

Mentariku, kemana kau pergi kini…???
Jika tiada lagi kerinduanku bisa terjawab, aku ingin kau dengar dengan telingamu. Bahwa aku begitu mengingini wajah dalam potret yang setiap malam berada di atas peraduanku ini bersua dengan apa yang membuatnya bahagia. Membuatnya lebih kuat dan merasa lebih sedikit sempurna dengan kehadiran seseorang disisinya. Menjadi istimewa dan mengantarkan kepada abadinya syurga yang dijanjikan.
Bidadariku, janganlah engkau menangis…!!!
Air matamu tak cukup kuat kugenang dalam cawan rindu yang kujinjing tertatih-tatih. Bagaimana bisa aku mengusap pipimu itu?! Sedang menyentuh bayangmu saja serasa sulit kulakukan.
Tetaplah menjadi bidadariku….

Teruntuk para bidadariku yang selama ini telah sudi berkawan dengan peri kecil bersayap patah.

Wassalam
-UmmyNisa-

No comments:

Post a Comment