Ternyata, Pintar dan Cerdas itu lain lho...
Ide menulis ini muncul tiba-tiba saat saya dan seorang teman
kuliah sedang makan di warung penyet. #hihihi... di awali dari membahas karakter
dari beberapa teman seangkatan kami di kampus, kemudian pembicaraan mengalir
begitu saja.
Well... itu sedikit pemanasan. Seperti yang kita lihat dari
judul yang tertera di atas berkaitan dengan kecerdasan dan kepintaran seseorang
itu suatu hal yang berbeda. Sebenarnya dua kata ini sangat tak asing lagi kita
gunakan dalam bahasa keseharian. Pintar dan cerdas tak jarang kita maknai sama.
Intinya dua kata di atas adalah sama-sama di atas rata-rata. Tahukah kamu?
Sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Namun
tidak banyak yang mau ambil pusing dalam hal memaknainya. Padahal jika kita mau
sedikit memperhatikan tata bahasa kita dalam memberikan predikat pintar atau
cerdas kepada orang lain, tentu nilai rasanya jelas berbeda. Misal, tidak
mungkin kan ada orang dikatakan cerdas berbahasa inggris. Yang benar adalah
pintar berbahasa inggris atau kata lain dari pintar adalah pandai berbahasa
inggris.
Saya akan menjelaskan perbedaan dua kata tersebut menurut
perspektif pribadi. Di mulai dari kata pintar. Dalam contoh di atas sudah
mewakili beberapa contoh yang akan saya kemukakan. Biasanya orang dikatakan
pintar jika dia mau bekerja keras dan terus menerus menekuni satu bidang. Atau
orang biasa dikatakan pintar jika telah berlatih menekuni satu bidang yang ia
pelajari untuk kemudian ia berhasil menguasai dan mumpuni dalam bidang tersebut
baru setelahnya bisa dikatakan pintar. Namun, bidang tersebut merupakan ilmu
pengetahuan atau sesuatu hal yang sebelumnya memang sudah ada dan tinggal mempelajarinya
sehingga ia menguasai dan sekali lagi bisa dikatakan pintar. Contoh, pintar
matematika, pintar mengetik, pintar berdialog dan masih banyak lagi predikat
pintar di sekitar kita. Asal bukan pintar ngibulin Nyak Babe yahh.. #pengalaman.
Upz, buka kartu. :D
Lalu apa itu cerdas? Hmm... kata orang, kalo saya lagi stres
mikir pekerjaan menumpuk, tugas makalah kelompok pada mangkir, belum lagi
cucian menggunung seperti gundukan es krim cup. #hihihi... saya dikatain cerdas
karena dari semua pekerjaan itu dapat saya selesaikan hanya dalam waktu sehari.
Tau caranya? Caranya adalah saya butuh waktu bolos sehari dari ngajar di
sekolah dan bolos kuliah. Alhasil esok hari seluruh pekerjaan saya itu dari
mulai koreksi soal, buat makalah sampai mencuci plus nyetrika sudah beres. Dan
saya pun kembali menjalani aktivitas dengan senyum jreng. :D hehehe, itu bukan sikap cerdas tapi sungguh terlalu
malas. Peringatan, jangan di tiru! Peace... ;)
Kembali ke pembahasan apa itu cerdas? Cerdas biasanya di
sandang oleh para manusia super yang memiliki kemampuan memecah masalah. Cerdas
memang udah dari sononya alias bawaan bayi atau lebih indahnya cerdas merupakan
karunia Allah Subhanahu wata’ala yang diberikan kepada makhlukNya. Untuk meraih
predikat cerdas orang tak perlu belajar dan berlatih seperti orang pintar.
Ide-ide yang dihasilkan orang cerdas sering muncul begitu saja. Karena tidak
mungkin setiap masalah yang dihadapi seseorang itu akan terulang kembali. Meski
sama pasti memerlukan penanganan yang berbeda dalam penyelesaiannya. Khususnya
ini terkait kondisi dan situasi yang berbeda pula. Contoh, dalam hal ini saya
ingin mengangkat kehidupan Rasul kita Muhammad Salallohu’alaihi wassalam. Dalam
berdakwah apakah beliau menggunakan bahasa yang sulit dipahami? Apakah beliau
menggunakan bahasa yang melangit yang hanya bisa di mengerti manusia cerdas
lainnya? Saya rasa tidak, awalnya beliau menggunakan bahasa yang mudah untuk
dipahami setiap orang pada masa itu. Lalu apakah beliau sering menggunakan
analogi dalam ajarannya? Saya rasa itu pun juga tidak. Beliau cerdas dengan
memilih memberikan uswah lewat perilaku yang terpuji. Mula-mula orang akan
meniru kebiasaan menarik yang di lakukan Rasulullah, kemudian meneliti lebih
mendalam. Itulah contoh sikap cerdas yang saya ambil langsung dari manusia
paling sempurna di bumi ini. Bukan berarti dengan menyematkan predikat cerdas
kepada Rasululloh saya jadi melepas predikat pintar dari beliau. Sungguh
Rasulullah adalah sebaik-baik makhluk yang jauh dari cela. Semoga sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada beliau beserta keluarganya.
Jadi kesimpulan dari uraian saya di atas adalah, jika orang
ingin pintar maka belajarlah. Karena dengan banyak belajar apa saja (tidak
terpaku pada satu disiplin ilmu) orang akan makin mengetahui tentang berbagai
hal yang kemungkinan jarang orang lain ketahui. Kemudian dari semua teori yang
dipelajari beserta pengalaman orang akan menjadi cerdas dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang di hadapinya.
Inilah perspektif pintar dan cerdas menurut saya pribadi.
Jika kamu punya perspektif lain dalam memaknai dua kata tersebut, silakan di
share yaahh...
#Salam Santun,
(Ummy)
No comments:
Post a Comment